PENGUMUMAN

Diberitahukan untuk seluruh pembaca Kumpulan Cerpen Terjemahan,


Kini blog KCT akan pindah ke alamat berikut>> https://cerpenterjemahan.wordpress.com/


Untuk selanjutnya, kami akan memposting cerpen baru di sana. Segera setelah kami selesai mengedit cerpen yang lama, dan merepost ke halaman yang baru, blog ini akan kami hapus.


Terima Kasih dan sampai jumpa di halaman yang baru. ^^

The Image Of The Lost Soul

The Image Of The Lost Soul
(Sosok Jiwa yang Tersesat)

Pengarang: Saki
Penerjemah: Harum Wibowo


Ada sejumlah batu ukiran sosok-sosok yang ditempatkan pada jarak yang teratur di sepanjang tembok Katedral tua, beberapa dari patung-patung itu menyerupai malaikat, yang lainnya menyerupai raja dan uskup, dan hampir dari semuanya berada pada sikap pengagungan yang saleh dan tenang. Tapi ada satu sosok, di bawah sisi utara bangunan yang dingin, tidak memiliki mahkota, topi uskup, ataupun nimbus1, dan wajahnya terlihat sangar, pahit, dan putus asa, itu pasti iblis, kata merpati biru gendut yang bertengger dan berjemur sepanjang hari di tepian tembok pembatas, tetapi sang gagak tua yang tinggal di menara lonceng2, yang berwenang pada arsitektur gerejawi, mengatakan itu adalah jiwa yang tersesat. Dan diskusinya selesai di situ.

Suatu hari di musim gugur, ada seekor burung kecil yang bersuara merdu di atap Katedral. Burung itu telah mengembara dari lahan kosong dan pagar tanaman yang menipis untuk mencari tempat bertengger di musim dingin. Ia mencoba untuk mengistirahatkan kakinya yang lelah di bawah naungan malaikat bersayap yang agung atau untuk bersarang di lipatan pahatan dari jubah raja, tetapi merpati-merpati gemuk bergegas menjauhkannya dari mana pun dia mendarat, dan para burung gereja yang bising menyingkirkannya dari tepian. Tidak ada burung yang bersimpati padanya3, mereka mencicit4 satu sama lain, dan sang pengembara harus pergi.
 
Hanya patung Jiwa-yang-Tersesat yang menawarkan tempat untuk berlindung. Para merpati tidak menganggapnya aman untuk berdiri di atas sebuah proyeksi yang terlalu condong, dan lagipula, patung itu terlalu banyak tertutupi bayangan. Sosok pada patung tersebut tidak menyilangkan tangannya dalam sikap saleh seperti patung-patung agung lainnya, tapi lengannya terlipat seperti dalam pembangkangan dan sudutnya membuat tempat peristirahatan yang nyaman sang bagi burung kecil. Setiap malam ia merayap dengan mendesak-desakkan badannya ke sudut, ke arah dada sosok itu, dan matanya yang mulai gelap tampak berjaga-jaga atas tidurnya. Sang burung kesepian itu mulai mencintai pelindungnya yang kesepian, dan selama siang hari, ia akan duduk dari waktu ke waktu di atas penyangga dan menggetarkan musik termerdunya dalam wujud syukur atas perlindungan malamnya. Dan, itu mungkin hasil pekerjaan dari angin dan cuaca, atau pengaruh lainnya, tetapi wajah liar itu tampak secara perlahan kehilangan expresi sangar dan ketidakbahagiaannya. Setiap harinya, selama berjam-jam yang monoton, nyanyian tamu kecilnya itu sebentar-sebentar akan terdengar oleh sang penjaga yang kesepian, dan pada malam harinya, ketika lonceng malam5 berdentang dan kelelawar abu-abu besar meluncur keluar dari tempat persembunyian mereka di atap menara lonceng, burung yang bermata terang itu akan kembali, berkicau pertanda bahwa dia telah mengantuk6, dan bersandar ke lengan yang sedari tadi telah menunggunya. Itu merupakan hari-hari yang bahagia bagi sang Sosok Gelap. Hanya lonceng besar Katedral yang membunyikan pesan mengejeknya setiap hari, "Setelah sukacita ... ada kesedihan."

Orang-orang yang ada di pondok gereja7 melihat seekor burung coklat kecil melayang-layang di sekitar Katedral, dan mengagumi suaranya yang merdu. "Tapi itu sangat disayangkan," kata mereka, "bahwa semua kicauan itu harus hilang dan terbuang jauh dari pendengaran di atas tembok pembatas." Mereka miskin, tetapi mereka memahami prinsip-prinsip ekonomi politik. Jadi mereka menangkap burung itu dan memasukkannya ke dalam anyaman sangkar kecil di luar pintu pondok.

Malam itu si penyanyi kecil hilang dari sarang yang biasanya, dan Sosok Gelap itu mengerti lebih lebih dari sebelumnya, pahitnya kesepian. Mungkin teman kecilnya telah dibunuh oleh kucing liar atau terluka oleh batu. Mungkin. . . mungkin dia terbang ke tempat lain. Tapi ketika pagi menjelang, melayanglah ke arahnya, melalui kebisingan dan hiruk pikuk area Katedral, pesan yang samar-samar menyayat hati dari tahanan di sangkar jauh di bawah. Dan setiap harinya, di tengah hari, ketika merpati-merpati gendut tertegun diam setelah makan siang mereka dan burung-burung pipit sedang memandikan diri mereka sendiri di genangan air di jalanan, nyanyian burung kecil itu terdengar sampai ke atas tembok sebuah nyanyian kelaparan dan kerinduan dan keputusasaan, tangisan yang tidak akan pernah bisa dijawab. Para merpati berkomentar, di antara waktu makan, bahwa sosok itu membungkuk lebih dari sebelumnya.

Suatu hari, tidak ada nyanyian yang datang dari sangkar kecil. Hari itu adalah hari terdingin dari musim dingin, dan para merpati dan burung pipit di atap Katedral melihat dengan cemas ke semua sisi untuk mencari sisa-sisa makanan yang mereka andalkan pada cuaca buruk.

"Apakah orang-orang di pondok sudah melemparkan semuanya ke tumbukan debu?" tanya salah satu merpati yang sedang mengintip dari atas tepi tembok pembatas utara.

"Hanya ada seekor burung kecil yang mati," adalah jawabannya.

Ada suara berderak di malam hari di atap Katedral dan suara seperti batu jatuh. Gagak yang tiggal di menara lonceng mengatakan bahwa lapisannya mempengaruhi susunannya8, dan karena ia telah mengalami banyak kejadian seperti itu, pastilah begitu. Pagi harinya, terlihat bahwa Sosok Jiwa-yang-Tersesat itu telah terjungkal dari penghiasnya dan sekarang terbaring rusak parah di tumpukan debu di luar pondok gereja.

"Itu sama saja," seru merpati gemuk, setelah mereka mengintip kejadian itu selama beberapa menit, "sekarang kita akan memiliki malaikat yang bagus yang akan dipajang di sana. Tentu saja mereka akan menempatkan seorang malaikat di sana."

"Setelah sukacita ... ada kesedihan," sahut lonceng besar.


~The End~


Catatan Penerjemah (T/L Notes):
Gunakan tombol kombinasi ‘CTRL+F’ lalu ketik nomer menurut catatan di bawah ini. Contoh: untuk mengetahui kata/kalimat yang mana membutuhkan penjelasan nomer dua, gunakan ‘CTRL+F’ lalu ketik ‘2’.

2.     Tertulis “old belfry jackdaw”, saya kurang yakin apa ini maksudnya gagak yang hinggap di lonceng menara gereja, atau salah satu jenis burung gagak.
3.     Sepertinya ini adalah idiom “No respectable bird sang with so much feeling”.
4.     Suara yang dihasilkan oleh burung.
5.     “vesper-bell”
6.     twitter a few sleepy notes
7.     “verger’s lodge”, penginapan/pondok yang disediakan oleh gereja untuk petugas yang bertindak sebagai penjaga dan pelayan gereja. (sumber: Oxford Dictionary)
8.     The belfry jackdaw said the frost was affecting the fabric,…”

keywords: cerpen terjemahan, kumpulan cerpen, cerita pendek, kumpulan cerpen mancanegara.

No comments:

Post a Comment